Rabu, 21 Oktober 2020

Menjadi Guru Penulis Melalui Pena Rumah Belajar

Menulis itu bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang bagi yang sudah terbiasa, susah bagi yang belum biasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menulis merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Kemampuan dalam menuangkan gagasan ke dalam tulisan akan berbeda antara orang satu dengan yang lain. Namun yang terpenting dalam menulis adalah memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.

Guru merupakan salah satu profesi yang tak pernah lepas dari kegiatan menulis. Tulisan yang paling sederhana adalah rencana dan laporan pembelajaran yang disusun secara rutin tiap tahun. Lebih dari itu, guru juga berpeluang membuat modul atau buku ajar yang dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Karena bagaimanapun, guru yang paling mengerti akan kemampuan dan karakteristik peserta didiknya.

Saat ini publikasi ilmiah menjadi salah satu poin penting dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru, utamanya PNS. Pasalnya, tanpa adanya publikasi ilmiah ini, guru tidak akan bisa untuk naik ke pangkat yang lebih tinggi. Alhasil, luar biasa banyak guru yang semangat menghasilkan karya tulis seperti jurnal, artikel, hingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Berawal dari keterpaksaan, akan menjadi sebuah kebiasaan. Menulis itu akan mudah jika menjadikannya sebagai hobi. Tujuan tulus untuk berbagi dan tekad kuat untuk turut membangun negeri bisa jadi motivasi mengapa guru harus menulis.

Selain bermanfaat bagi orang lain, menulis juga bermanfaat bagi diri guru. Mengapa? Karena dengan menulis, guru dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan intelektualnya. Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik, seorang guru perlu menggali pengetahuan dan informasi relevan dari berbagai sumber. Aktivitas itu berdampak langsung terhadap kemampuan intelektual dan daya imajinasinya.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan wadah bagi guru penulis untuk dapat mengembangkan kompetensinya. Melalui blog resminya, Pena Rumah Belajar, guru dapat melatih dan meningkatkan keterampilan menulisnya. Untuk dapat menayangkan tulisan disana, langkah awal yang harus ditempuh guru adalah  mendaftarkan akun pada Pena Rumah Belajar. Dalam blog itu, guru dapat menuliskan opini maupun artikel populer ilmiah seputar dunia pendidikan ataupun berbagi inovasi maupun implementasi pembelajaran memanfaatkan model dan media pembelajaran tertentu. Tulisan yang lolos evaluasi akan ditayangkan dan dapat dibaca oleh semua orang. Tentu sebagai guru kita akan merasa bangga bukan? Selain dapat berbagi, masih ada bonus angka kredit untuk kenaikan pangkat.

Penulis yakin, semua guru memiliki bakat dan keterampilan menulis. Tinggal mau mengembangkannya atau tidak. Akhirnya, kini penulis tetap ingin mengajak para guru untuk terus mengembangkan diri. Bukan karena keterpaksaan, tetapi karena kesadaran dan kebutuhan untuk memberikan yang terbaik. Dengan menulis, kita dapat menunjukkan pada dunia bahwa "kita pernah ada".

Pemanfaatan Laboratorium Maya pada Pembelajaran IPA Materi Optik (SMP)

IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen, penyimpulan dan penyusunan teori. Mempelajari IPA artinya mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan konsep, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran IPA akan bermakna apabila peserta didik dapat mengalami sendiri. Artinya, peserta didik aktif menggali pengetahuan dan menemukan konsep dari materi yang akan dipelajari. Salah satu caranya adalah dengan melakukan percobaan/praktikum. Namun, di masa pandemi ini, kegiatan belajar dilaksanakan dari rumah, sehingga praktikum bersama peserta didik mustahil dilakukan.

Lalu bagaimana solusinya agar peserta didik dapat tetap melakukan praktikum?

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah berinovasi. Bisa dengan praktikum sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri dari rumah, ataupun melalui Laboratorium Maya (Lab Maya) Rumah Belajar, sebagai solusi untuk praktikum dengan keterbatasan alat.

Penulis sendiri telah memanfaatkan Lab Maya dalam pembelajaran IPA. Salah satu materi yang memerlukan praktikum adalah Optik. Praktikum Optik memerlukan alat-alat seperti cermin, lensa, rel presisi, dan alat lain yang sulit didapatkan peserta didik.  Karena itu memanfaatkan Lab Maya adalah pilihan tepat.


Lab maya merupakan fitur utama Rumah Belajar yang dapat diakses secara langsung pada alamat https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/. Dalam pemanfaatannya, penulis membagikan Lab Maya kepada peserta didik menggunakan LMS Google Classroom. Peserta didik dapat membuka Lab Maya ini melalui link yang penulis bagikan dan dapat juga mengunduhnya. Peserta didik juga dapat mempelajari dan mengunduh teori praktikum, bahan LKS dan bahan referensi. Video pembelajaran dari Sumber Belajar juga penulis sematkan untuk memperkuat pemahaman peserta didik. Dengan Lab Maya, praktikum sulit di tengah keterbatasan menjadi lebih mudah dilakukan.


Selasa, 20 Oktober 2020

Motivasi Menjadi Duta Rumah Belajar

Saat ini, dunia sedang hangat-hangatnya memperbincangkan era industri 4.0. Bahkan kini sudah muncul era baru yakni era society 5.0 dimana masyarakat telah memusatkan segala kegiatannya dengan aplikasi teknologi digital. Terlebih lagi, efek pandemi Covid-19 kini telah merubah hampir seluruh tatanan kehidupan. Termasuk dalam bidang pendidikan.

Sistem pembelajaran jarak jauh memang sudah lama diperkenalkan. Namun, di Indonesia baru sejak Maret 2020 (baca: pandemi) secara terpaksa dilaksanakan. Dan benar kini, kita sudah sangat tergantung pada teknologi.

Namun, penyesuaian pembelajaran dengan teknologi digital ini tidak serta merta dapat dilakukan secara cepat dan menyeluruh. Kita tahu, tidak semua guru melek IT. Hal ini tentu akan menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

Saya adalah orang yang suka belajar dan selalu ingin mengembangkan diri. Saya selalu ingin mencoba hal baru, menghasilkan karya, dan memegang prinsip "Lakukan yang terbaik, InsyaAllah saya bisa".

Pada awal pandemi, saya sedikit memahami IT. Namun, saya gemar mengikuti pelatihan-pelatihan berbasis TIK. Hingga terbacalah berita mengenai PembaTIK, dimana peserta PembaTIK berkesempatan menjadi Duta Rumah Belajar. Dengan semangat dan tanpa ragu-ragu, saya mendaftarkan diri, berniat untuk belajar dan menambah pengalaman. Sedikit terbesit dalam hati, andaikan saya menjadi Duta Rumah Belajar..

Saya memiliki keinginan, namun juga memahami kemampuan. Tanpa berharap sejauh itu, saya melewati level demi level. Di tiap level, banyak sekali ilmu, wawasan, dan pengalaman berharga yang saya dapatkan. Saya merasakan ada kemajuan yang cukup pesat dalam diri.

Pelatihan PembaTIK ini memberikan dampak positif yang luar biasa terhadap diri saya. Hingga saya menjadi salah satu guru yang dijuluki ahli IT di sekolah meskipun saya bukan guru TIK. Dan alhamdulillah, di tahun kedua bertugas di sekolah saya kini, saya dipercaya menjadi salah satu Koordinator Jabatan Pelaksana (KJP) Bidang Akademik. Sejak itulah, banyak rekan guru yang terkadang meminta bantuan dan berkonsultasi mengenai TIK dengan saya. Saya sangat senang dapat membantu dan berbagi. Ada kepuasan tersendiri dalam benak saya ketika kita dapat bermanfaat bagi orang lain.

Menjadi Duta Rumah Belajar bukan tujuan awal. Termasuk 30 peserta terbaik di provinsipun di luar angan-angan. Bukan karena saya hebat, tetapi karena Allah yang memudahkan. Dan saya sangat bersyukur berkesempatan berada pada level 4 ini. Di level ini saya banyak belajar tentang arti sosial dan makna berbagi. Dan hal itu membuat saya bersemangat untuk terus maju. Bukan untuk menjadi pemenang dalam sebuah perlombaan, namun untuk menorehkan pengalaman yang tak terlupakan.

Kemenangan adalah imbas akan kesungguhan dan doa-doa kita. Nilai terpenting yang kita dapatkan adalah bagaimana kita berproses untuk terus menjadi lebih baik. Menjadi Duta Rumah Belajar adalah impian. Namun, dalam berbagi kita tak mengenal siapa yang berbicara.

Siapapun, saya ataupun Anda dapat berbagi. Meskipun sedikit dan mungkin remeh bagi kita, bisa jadi luar biasa bagi sesama.

Saya, menjadi ataupun tidak menjadi Duta Rumah Belajar, akan mendedikasikan diri untuk kemajuan Negeri. Menjadi guru agen perubahan yang akan terus mendukung program pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Terus belajar, mengembangkan diri, menyosialisasikan Portal Rumah Belajar hingga ke daerah-daerah, berbagi inovasi pembelajaran berbasis TIK mewujudkan merdeka belajar dengan harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional Indonesia secara optimal.