Saat ini, dunia sedang hangat-hangatnya memperbincangkan era industri 4.0. Bahkan kini sudah muncul era baru yakni era society 5.0 dimana masyarakat telah memusatkan segala kegiatannya dengan aplikasi teknologi digital. Terlebih lagi, efek pandemi Covid-19 kini telah merubah hampir seluruh tatanan kehidupan. Termasuk dalam bidang pendidikan.
Sistem pembelajaran jarak jauh memang sudah lama
diperkenalkan. Namun, di Indonesia baru sejak Maret 2020 (baca: pandemi) secara
terpaksa dilaksanakan. Dan benar kini, kita sudah sangat tergantung pada
teknologi.
Namun, penyesuaian pembelajaran dengan teknologi digital ini
tidak serta merta dapat dilakukan secara cepat dan menyeluruh. Kita tahu, tidak
semua guru melek IT. Hal ini tentu akan menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh.
Saya adalah orang yang suka belajar dan selalu ingin
mengembangkan diri. Saya selalu ingin mencoba hal baru, menghasilkan karya, dan
memegang prinsip "Lakukan yang terbaik, InsyaAllah saya bisa".
Pada awal pandemi, saya sedikit memahami IT. Namun, saya
gemar mengikuti pelatihan-pelatihan berbasis TIK. Hingga terbacalah berita
mengenai PembaTIK, dimana peserta PembaTIK berkesempatan menjadi Duta Rumah
Belajar. Dengan semangat dan tanpa ragu-ragu, saya mendaftarkan diri, berniat
untuk belajar dan menambah pengalaman. Sedikit terbesit dalam hati, andaikan
saya menjadi Duta Rumah Belajar..
Saya memiliki keinginan, namun juga memahami kemampuan.
Tanpa berharap sejauh itu, saya melewati level demi level. Di tiap level,
banyak sekali ilmu, wawasan, dan pengalaman berharga yang saya dapatkan. Saya
merasakan ada kemajuan yang cukup pesat dalam diri.
Pelatihan PembaTIK ini memberikan dampak positif yang luar
biasa terhadap diri saya. Hingga saya menjadi salah satu guru yang dijuluki ahli
IT di sekolah meskipun saya bukan guru TIK. Dan alhamdulillah, di tahun kedua
bertugas di sekolah saya kini, saya dipercaya menjadi salah satu Koordinator
Jabatan Pelaksana (KJP) Bidang Akademik. Sejak itulah, banyak rekan guru yang
terkadang meminta bantuan dan berkonsultasi mengenai TIK dengan saya. Saya
sangat senang dapat membantu dan berbagi. Ada kepuasan tersendiri dalam benak
saya ketika kita dapat bermanfaat bagi orang lain.
Menjadi Duta Rumah Belajar bukan tujuan awal. Termasuk 30
peserta terbaik di provinsipun di luar angan-angan. Bukan karena saya hebat,
tetapi karena Allah yang memudahkan. Dan saya sangat bersyukur berkesempatan
berada pada level 4 ini. Di level ini saya banyak belajar tentang arti sosial
dan makna berbagi. Dan hal itu membuat saya bersemangat untuk terus maju. Bukan
untuk menjadi pemenang dalam sebuah perlombaan, namun untuk menorehkan
pengalaman yang tak terlupakan.
Kemenangan adalah imbas akan kesungguhan dan doa-doa kita.
Nilai terpenting yang kita dapatkan adalah bagaimana kita berproses untuk terus
menjadi lebih baik. Menjadi Duta Rumah Belajar adalah impian. Namun, dalam
berbagi kita tak mengenal siapa yang berbicara.
Siapapun, saya ataupun Anda dapat berbagi. Meskipun sedikit
dan mungkin remeh bagi kita, bisa jadi luar biasa bagi sesama.
Saya, menjadi ataupun tidak menjadi Duta Rumah Belajar, akan
mendedikasikan diri untuk kemajuan Negeri. Menjadi guru agen perubahan yang
akan terus mendukung program pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Terus belajar, mengembangkan diri, menyosialisasikan Portal Rumah Belajar hingga ke daerah-daerah, berbagi inovasi pembelajaran berbasis TIK
mewujudkan merdeka belajar dengan harapan tercapainya tujuan pendidikan
nasional Indonesia secara optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar